Hal-Hal Yang Tidak Terduga Dalam Sepakbola
Salam misteri, kalian tahu sepak bola, pasti tahu kan, terkadang dalam sepakbola sering terjadi hal-hal yang tidak terduga, misalnya sudah mau menang tapi keadaan bisa berubah, nah inilah yang akan menjadi bahasan kita kali ini Hal-Hal Yang Tidak Terduga Dalam Sepakbola, silahkan disimak
1. Final Piala Dunia 1954, Bern Swiss.
Pertandingan ini merupakan inspirasi terhebat bagi sepak bola Jerman. Final ini juluki ‘Miracle of Berne’. Jerman harus menghadapi Hungaria yang merupakan negara terkuat sepak bola saat itu. Hungaria diperkuat oleh legenda Feren Puscas, Sandor Kocsis, dan Nandor Hiderguti memiliki rekor 30 pertandingan tak terkalahkan sebelum partai final, termasuk membantai Jerman 8-3 dalam babak penyisihan.
Pertandingan baru berjalan 8 menit Hungaria sudah unggul 2-0, dan sepertinya dengan mudah merebut piala Julis Rimet. Tapi kemenangan itu tak bertahan lama. Hanya sepuluh menit berselang skor telah imbang, dan enam menit sebelum bubaran Jerman membungkam Hungaria dan dunia dengan menciptakan gol kemenangan lewat Helmuth Rahn sekaligus merebut piala dunia untuk pertama kali.
Berangkat dari momen ini, timnas Jerman kemudian dijuluki Staying Power, Mesin Diesel yang lambat panas. Tapi jangan pernah meremehkan Jerman. Jerman adalah Jerman yang merupakan spesialis turnamen hingga kini.
2. Final Piala Dunia 1974, Munchen Jerman.
Dikenang sebagai pertandingan final piala dunia yang terhebat sepanjang sejarah. Kembali melibatkan Jerman, dan kembali pula memperlihatkan mental juara Jerman. Kali ini walaupun sebagai tuan rumah, Jerman harus menantang Belanda, negara tetangga mereka yang banyak di jagokan untuk menjuarai turnamen ini. Belanda hadir di final setelah melibas negara-negara tangguh seperti Brasil, Argentina dengan permainan Tottal Voettbal yang dimotori sang legenda hidup, Johan Cruffj.
Pertandingan baru berlangsung semenit dan belum ada seorang pemain Jerman yang menyentuh bola, tapi Belanda sudah unggul berkat gol penalti. Belanda mungkin lupa bahwa Jerman adalah negara yang tak pernah menyerah, mereka pun akhirnya kalah berkat 2 gol Paul Breitner juga melalui titik putih dan gol kemenangan oleh Gerd Muller. Jerman kemudian juara piala dunia untuk kali kedua dibawah kapten dan legenda Jerman, kaisar Franz Beckenbaeur.
3. Perempat Final Piala Dunia 1986, Azteca Meksiko.
Secara subyektif saya menilai inilah keajaiban terdahsyat yang pernah terjadi di lapangan sepak bola. Pertandingan antara Argentina melawan Inggris merupakan pertandingan terpanas dan tak mungkin terlupakan. Apalagi pertandingan ini dikaitkan dengan isu politik kedua negara yang bersitegang merebut Pulau Malvinas.
Nilai keajaiban itu adalah dua gol Maradona yang masih terus diperbincangkan sampai saat ini. Gol pertama menggunakan tangannya yang kemudian memberi julukan sendiri Gol Tangan Tuhan, dan gol kedua yang oleh FIFA dianggap sebagai gol terbaik sepanjang sejarah. Maradona melakukan slalom dari lapangan tengah dan melewati lima pemain Inggris dan Kiper Peter Shilton.
Tidak perlu dijelaskan lagi partai ini. Tak terbantahkan ‘si Boncel’ membuat keajaiban yang mungkin tidak terulang lagi.
4. Final Liga Champion 1999, Barcelona Spanyol.
Final menghadirkan Manchester United dan Bayern Munchen di Stadion Camp Nou dan dipimpin oleh wasit terbaik sepanjang sejarah, Pierluigi Collina. Jujur saja saya bertaruh memilih Bayern Munchen.
MU datang ke Catalunya dengan kepercayaan tinggi setelah seminggu sebelumnya berhasil meraih double winners di kompetisi domestik. Mereka ingin melengkapinya dengan Trofi Champion. Pelatih Alex Ferguson (setelah partai ini disebut Sir Alex) juga penasaran karena belum mampu menaklukkan kompetisi bergengsi Eropa.
Saat pendukung Bayern telah bersiap-siap merayakan kemenangan karena telah unggul 1-0 sampai menit 90, keajaiban itu datang membungkam. MU mendapatkan dua tendangan sudut menit 91 dan 93 yang dieksekusi David Becham dan berhasil dikonversi gol oleh Teddy Seringham dan Ole Gunnar
Solkjaer.
MU meraih Trebble Winner, tahun 1999 merupakan tahun terbaik MU. Dalam Press Confrence, pelatih Ferguson memberikan inspirasi: “setiap manusia mempunyai spirit dan dan spirit itu dapat membuat kita keluar dari kesulitan apapun, asal kita mau mengakui dan menuruti daya spirit tersebut.”
5. Semifinal Euro 2000, Amsterdam Belanda
Keajaiban Dalam Dunia Sepakbola
Belanda ditantang Italia untuk memperebutkan satu tiket final. Belanda sebagai tuan rumah maju kebabak final dengan meraih empat kemenangan secara meyakinkan. Sedangkan Italia ke semifinal berkat aksi yang sebenarnya biasa saja. Italia kali sama sekali tidak di unggulkan dan diprediksi bakal angkat koper besok pagi.
Menit 20, Italia sudah harus bermain 10 orang melawan Belanda yang didukung 50.000 suporternya yang mengorangekan Amsterdam Arena. 90 menit waktu normal Belanda menggempur habis-habisan gerendel Italia yang dikomando oleh Paolo Maldini. Saya juga heran tak satupun bola yang berkenan masuk ke gawang Italia yang dikawal Francesco Toldo, sekalipun mendapat tendangan penalti.
Extra time saya kira cukup menamatkan perlawanan Italia. Dan ternyata keliru, meski terus mengepung dan kembali mendapatkan hadiah tendangan penalti, jala Italia tetap tak terkoyak, seperti ada malaikat kecil yang menjaganya.
Dan akhirnya inilah hukuman buat Belanda. Mereka kalah secara menyakitkan melalui adu penalti yang memang sangat dinantikan oleh kubu Azzury. Dari 4 algojo Belanda hanya satu yang menembus gawang, bahkan tendangan Japp Stam melambung tinggi sampai keluar stadion, orang-orang belanda berkomentar bola tersebut sampai ke Rotterdam, tempat partai final. Sedangkan tendangan chip penalti Totty menjadi inspirasi.
6. Keajaiban Korsel Piala Dunia 2002
Bersama Jepang, Korsel merupakan Host World Cup 2002. Korsel selama menjalani pertandingan piala dunia tak sekalipun meraih kemenangan. Tapi lihatlah aksi mereka pada saat menjadi tuan rumah. Korsel yang dilatih Meneer Hiddink menjadi fenomena WC 2002. Mereka tampil sebagai semifinalis dengan mengalahkan empat negara kuat Eropa: Polandia, Portugal, Italia, dan Spanyol.
Terlepas banyaknya tudingan curang selaku tuan rumah, Korsel memang menampilkan sepakbola menyerang yang mengibur. Para pemain juga tak pernah menyerah dan membuat publik sepak bola dunia heran bagaimana kekuatan fisik pemain-pemain Korsel yang seolah melebihi batas kemampuan fisik manusia.
Portugal dibuat pulang lebih cepat, Italy sibuk menyalahkan wasit Byron Moreno sebagai dalih kekalahannya, dan juga Spanyol dibuat tak berdaya dipermalukan Korsel yang kadang dengan mudah mereka kalahkan.
Sontak seluruh warga korsel bersatu dan mangaku bangga sebagai warga negara Korsel. Kapan ya Indonesia bisa seperti Korsel.
7. Final Liga Champion 2005, Istanbul Turki.
AC Milan telah unggul 3-0 dibabak pertama dan telah merayakan kemenangan ini di ruang ganti seakan meraka lupa masih ada 45 menit yang mereka harus mainkan.
Kubu Liverpool mendengar perayaan tersebut dan mereka bertekad kalaupun harus kalah malam ini harus secara terhormat, mereka sadar butuh keajaiban untuk mengejar defisit tiga gol dalam partai sekelas Final LC melawan tim berpengalaman sehebat AC Milan.
Tuhan memberikan keajaiban bagi mereka yang terus berusaha. Dipimpin oleh Stevie G, dalam 15 menit babak kedua Liverpool telah berhasil meyamakan skor berkat gol Gerrad, Smicer, dan Penalti Xabi Alonso walaupun sempat tertahan oleh Dida. Liverpool menang 3-2 lewat adu penalti. Salah satu partai final LC paling dramatis sepanjang sejarah.
8. Final UCL 2014 Derby Madrid
Pada laga yang dihelat di Estadio da Luz, Lisbon, Minggu 25 Mei 2014 dini hari WIB tersebut, Madrid mencoba bermain efektif sejak awal. Mereka bermain bola-bola pendek dan secara perlahan mencoba menusuk daerah pertahanan Atletico.
Menit 31, Madrid mendapat peluang emas lewat Gareth Bale. Berawal dari pelannya umpan Tiago, Bale menyerobot bola dan menggiringnya hingga mendekati gawang. Dia pun melepaskan tendangan, namun bola masih menyamping di gawang Atletico.
Atletico berhasil unggul pada menit 36. Diawali tendangan sudut, kemelut terjadi di depan gawang Madrid. Godin menyundul dan membuat bola masuk ke gawang, lantaran Iker Casillas terlalu maju. Dan, hingga babak pertama usai skor tetap 1-0.
Selanjutnya, Madrid mencoba untuk lebih agresif. Pada menit 73, Bale mendapat peluang dan melepaskan tembakan, namun bola masih melebar. Menit 77, lagi-lagi, Bale gagal memanfaatkan peluang emas, karena bola sepakannya menyamping.
Meski terus menekan, Madrid kerap kesulitan untuk mencetak gol, lantaran kokohnya lini pertahanan Atletico. Dan, gol yang mereka tunggu-tunggu pun akhirnya datang pada menit 90+3, lewat sundulan Sergio Ramos. 1-1, laga pun berlanjut ke extra time.
Pada babak extra time, Madrid mampu berbalik unggul pada menit 110 lewat Gareth Bale, yang memanfaatkan bola rebound. Bahkan, Madrid kemudian menambah keunggulan menjadi 3-1 lewat gol Marcelo pada menit 118.
Belum cukup sampai disitu, Los Merengues melengkapi pesta lewat gol penalti yang dicetak Cristiano Ronaldo pada menit 120. Dan, hingga wasit mengakhiri pertandingan, tak ada gol tambahan, Madrid pun menang 4-1 dan meraih La Decima.
1. Final Piala Dunia 1954, Bern Swiss.
Pertandingan ini merupakan inspirasi terhebat bagi sepak bola Jerman. Final ini juluki ‘Miracle of Berne’. Jerman harus menghadapi Hungaria yang merupakan negara terkuat sepak bola saat itu. Hungaria diperkuat oleh legenda Feren Puscas, Sandor Kocsis, dan Nandor Hiderguti memiliki rekor 30 pertandingan tak terkalahkan sebelum partai final, termasuk membantai Jerman 8-3 dalam babak penyisihan.
Pertandingan baru berjalan 8 menit Hungaria sudah unggul 2-0, dan sepertinya dengan mudah merebut piala Julis Rimet. Tapi kemenangan itu tak bertahan lama. Hanya sepuluh menit berselang skor telah imbang, dan enam menit sebelum bubaran Jerman membungkam Hungaria dan dunia dengan menciptakan gol kemenangan lewat Helmuth Rahn sekaligus merebut piala dunia untuk pertama kali.
Berangkat dari momen ini, timnas Jerman kemudian dijuluki Staying Power, Mesin Diesel yang lambat panas. Tapi jangan pernah meremehkan Jerman. Jerman adalah Jerman yang merupakan spesialis turnamen hingga kini.
2. Final Piala Dunia 1974, Munchen Jerman.
Dikenang sebagai pertandingan final piala dunia yang terhebat sepanjang sejarah. Kembali melibatkan Jerman, dan kembali pula memperlihatkan mental juara Jerman. Kali ini walaupun sebagai tuan rumah, Jerman harus menantang Belanda, negara tetangga mereka yang banyak di jagokan untuk menjuarai turnamen ini. Belanda hadir di final setelah melibas negara-negara tangguh seperti Brasil, Argentina dengan permainan Tottal Voettbal yang dimotori sang legenda hidup, Johan Cruffj.
Pertandingan baru berlangsung semenit dan belum ada seorang pemain Jerman yang menyentuh bola, tapi Belanda sudah unggul berkat gol penalti. Belanda mungkin lupa bahwa Jerman adalah negara yang tak pernah menyerah, mereka pun akhirnya kalah berkat 2 gol Paul Breitner juga melalui titik putih dan gol kemenangan oleh Gerd Muller. Jerman kemudian juara piala dunia untuk kali kedua dibawah kapten dan legenda Jerman, kaisar Franz Beckenbaeur.
3. Perempat Final Piala Dunia 1986, Azteca Meksiko.
Secara subyektif saya menilai inilah keajaiban terdahsyat yang pernah terjadi di lapangan sepak bola. Pertandingan antara Argentina melawan Inggris merupakan pertandingan terpanas dan tak mungkin terlupakan. Apalagi pertandingan ini dikaitkan dengan isu politik kedua negara yang bersitegang merebut Pulau Malvinas.
Nilai keajaiban itu adalah dua gol Maradona yang masih terus diperbincangkan sampai saat ini. Gol pertama menggunakan tangannya yang kemudian memberi julukan sendiri Gol Tangan Tuhan, dan gol kedua yang oleh FIFA dianggap sebagai gol terbaik sepanjang sejarah. Maradona melakukan slalom dari lapangan tengah dan melewati lima pemain Inggris dan Kiper Peter Shilton.
Tidak perlu dijelaskan lagi partai ini. Tak terbantahkan ‘si Boncel’ membuat keajaiban yang mungkin tidak terulang lagi.
4. Final Liga Champion 1999, Barcelona Spanyol.
Final menghadirkan Manchester United dan Bayern Munchen di Stadion Camp Nou dan dipimpin oleh wasit terbaik sepanjang sejarah, Pierluigi Collina. Jujur saja saya bertaruh memilih Bayern Munchen.
MU datang ke Catalunya dengan kepercayaan tinggi setelah seminggu sebelumnya berhasil meraih double winners di kompetisi domestik. Mereka ingin melengkapinya dengan Trofi Champion. Pelatih Alex Ferguson (setelah partai ini disebut Sir Alex) juga penasaran karena belum mampu menaklukkan kompetisi bergengsi Eropa.
Saat pendukung Bayern telah bersiap-siap merayakan kemenangan karena telah unggul 1-0 sampai menit 90, keajaiban itu datang membungkam. MU mendapatkan dua tendangan sudut menit 91 dan 93 yang dieksekusi David Becham dan berhasil dikonversi gol oleh Teddy Seringham dan Ole Gunnar
Solkjaer.
MU meraih Trebble Winner, tahun 1999 merupakan tahun terbaik MU. Dalam Press Confrence, pelatih Ferguson memberikan inspirasi: “setiap manusia mempunyai spirit dan dan spirit itu dapat membuat kita keluar dari kesulitan apapun, asal kita mau mengakui dan menuruti daya spirit tersebut.”
5. Semifinal Euro 2000, Amsterdam Belanda
Keajaiban Dalam Dunia Sepakbola
Belanda ditantang Italia untuk memperebutkan satu tiket final. Belanda sebagai tuan rumah maju kebabak final dengan meraih empat kemenangan secara meyakinkan. Sedangkan Italia ke semifinal berkat aksi yang sebenarnya biasa saja. Italia kali sama sekali tidak di unggulkan dan diprediksi bakal angkat koper besok pagi.
Menit 20, Italia sudah harus bermain 10 orang melawan Belanda yang didukung 50.000 suporternya yang mengorangekan Amsterdam Arena. 90 menit waktu normal Belanda menggempur habis-habisan gerendel Italia yang dikomando oleh Paolo Maldini. Saya juga heran tak satupun bola yang berkenan masuk ke gawang Italia yang dikawal Francesco Toldo, sekalipun mendapat tendangan penalti.
Extra time saya kira cukup menamatkan perlawanan Italia. Dan ternyata keliru, meski terus mengepung dan kembali mendapatkan hadiah tendangan penalti, jala Italia tetap tak terkoyak, seperti ada malaikat kecil yang menjaganya.
Dan akhirnya inilah hukuman buat Belanda. Mereka kalah secara menyakitkan melalui adu penalti yang memang sangat dinantikan oleh kubu Azzury. Dari 4 algojo Belanda hanya satu yang menembus gawang, bahkan tendangan Japp Stam melambung tinggi sampai keluar stadion, orang-orang belanda berkomentar bola tersebut sampai ke Rotterdam, tempat partai final. Sedangkan tendangan chip penalti Totty menjadi inspirasi.
6. Keajaiban Korsel Piala Dunia 2002
Bersama Jepang, Korsel merupakan Host World Cup 2002. Korsel selama menjalani pertandingan piala dunia tak sekalipun meraih kemenangan. Tapi lihatlah aksi mereka pada saat menjadi tuan rumah. Korsel yang dilatih Meneer Hiddink menjadi fenomena WC 2002. Mereka tampil sebagai semifinalis dengan mengalahkan empat negara kuat Eropa: Polandia, Portugal, Italia, dan Spanyol.
Terlepas banyaknya tudingan curang selaku tuan rumah, Korsel memang menampilkan sepakbola menyerang yang mengibur. Para pemain juga tak pernah menyerah dan membuat publik sepak bola dunia heran bagaimana kekuatan fisik pemain-pemain Korsel yang seolah melebihi batas kemampuan fisik manusia.
Portugal dibuat pulang lebih cepat, Italy sibuk menyalahkan wasit Byron Moreno sebagai dalih kekalahannya, dan juga Spanyol dibuat tak berdaya dipermalukan Korsel yang kadang dengan mudah mereka kalahkan.
Sontak seluruh warga korsel bersatu dan mangaku bangga sebagai warga negara Korsel. Kapan ya Indonesia bisa seperti Korsel.
7. Final Liga Champion 2005, Istanbul Turki.
AC Milan telah unggul 3-0 dibabak pertama dan telah merayakan kemenangan ini di ruang ganti seakan meraka lupa masih ada 45 menit yang mereka harus mainkan.
Kubu Liverpool mendengar perayaan tersebut dan mereka bertekad kalaupun harus kalah malam ini harus secara terhormat, mereka sadar butuh keajaiban untuk mengejar defisit tiga gol dalam partai sekelas Final LC melawan tim berpengalaman sehebat AC Milan.
Tuhan memberikan keajaiban bagi mereka yang terus berusaha. Dipimpin oleh Stevie G, dalam 15 menit babak kedua Liverpool telah berhasil meyamakan skor berkat gol Gerrad, Smicer, dan Penalti Xabi Alonso walaupun sempat tertahan oleh Dida. Liverpool menang 3-2 lewat adu penalti. Salah satu partai final LC paling dramatis sepanjang sejarah.
8. Final UCL 2014 Derby Madrid
Pada laga yang dihelat di Estadio da Luz, Lisbon, Minggu 25 Mei 2014 dini hari WIB tersebut, Madrid mencoba bermain efektif sejak awal. Mereka bermain bola-bola pendek dan secara perlahan mencoba menusuk daerah pertahanan Atletico.
Menit 31, Madrid mendapat peluang emas lewat Gareth Bale. Berawal dari pelannya umpan Tiago, Bale menyerobot bola dan menggiringnya hingga mendekati gawang. Dia pun melepaskan tendangan, namun bola masih menyamping di gawang Atletico.
Atletico berhasil unggul pada menit 36. Diawali tendangan sudut, kemelut terjadi di depan gawang Madrid. Godin menyundul dan membuat bola masuk ke gawang, lantaran Iker Casillas terlalu maju. Dan, hingga babak pertama usai skor tetap 1-0.
Selanjutnya, Madrid mencoba untuk lebih agresif. Pada menit 73, Bale mendapat peluang dan melepaskan tembakan, namun bola masih melebar. Menit 77, lagi-lagi, Bale gagal memanfaatkan peluang emas, karena bola sepakannya menyamping.
Meski terus menekan, Madrid kerap kesulitan untuk mencetak gol, lantaran kokohnya lini pertahanan Atletico. Dan, gol yang mereka tunggu-tunggu pun akhirnya datang pada menit 90+3, lewat sundulan Sergio Ramos. 1-1, laga pun berlanjut ke extra time.
Pada babak extra time, Madrid mampu berbalik unggul pada menit 110 lewat Gareth Bale, yang memanfaatkan bola rebound. Bahkan, Madrid kemudian menambah keunggulan menjadi 3-1 lewat gol Marcelo pada menit 118.
Belum cukup sampai disitu, Los Merengues melengkapi pesta lewat gol penalti yang dicetak Cristiano Ronaldo pada menit 120. Dan, hingga wasit mengakhiri pertandingan, tak ada gol tambahan, Madrid pun menang 4-1 dan meraih La Decima.
Comments
Post a Comment